Indonesia kembali meningkatkan anggaran COVID-19 di tengah defisit yang melonjak

             17 Juni 2020

Pemerintah kembali meningkatkan anggaran yang direncanakan untuk perjuangan Indonesia melawan pandemi COVID-19 di tengah anjloknya penerimaan pajak dan defisit anggaran negara yang melebar.

Sekarang ini menyisihkan Rp 695,2 triliun (US $ 49,63 miliar) dana untuk perawatan kesehatan dan pengeluaran stimulus ekonomi untuk meredam dampak wabah. Ini merupakan kenaikan terakhir dari alokasi sebelumnya sebesar Rp 677,2 triliun, seiring pemerintah menaikkan alokasi anggaran untuk industri padat karya dan pemerintah daerah.

Kecepatan di mana asumsi telah direvisi menggarisbawahi keganasan virus yang merusak ekonomi.

“Situasinya berkembang pesat, sehingga program stimulus bisa berubah lagi,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat jumpa pers melalui siaran langsung, Selasa. Dia menambahkan, pemerintah akan tetap fleksibel dalam melakukan perubahan anggaran.

Pandemi telah memaksa banyak bisnis tutup di tengah upaya menahan penyebaran virus corona, yang telah menginfeksi lebih dari 40.000 orang di Indonesia pada Selasa sore. Perlambatan kegiatan ekonomi telah berdampak pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) negara itu, yang jatuh ke level terendah 19 tahun di 2,97 persen pada kuartal pertama.

Anggaran COVID-19 sebesar Rp 87,55 triliun akan dialokasikan untuk kesehatan, Rp 203,9 triliun untuk penguatan jaring pengaman sosial dan Rp 123,46 triliun untuk insentif bagi usaha mikro, kecil, dan menengah.

Sebesar Rp 120,61 triliun akan dialokasikan untuk insentif usaha yang meliputi insentif pajak, dan Rp 106,11 triliun untuk mendukung kementerian dan pemerintah daerah, meningkat dari alokasi sebelumnya Rp 97,11 triliun. Sementara itu, Rp 53,37 triliun dialokasikan untuk langkah stimulus bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan usaha padat karya, naik dari Rp 44,57 triliun yang disisihkan sebelumnya untuk itu.

Anggaran yang lebih besar sebesar Rp 9 triliun untuk korporasi akan dialokasikan sebagai pinjaman modal kerja untuk usaha padat karya, dengan rincian skema sedang diselesaikan, kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam pengarahan yang sama.

Sementara itu, peningkatan belanja kementerian dan pemerintah daerah akan dialokasikan untuk pinjaman daerah serta tambahan penyangga dana alokasi khusus (DAK) yang akan disalurkan dalam bentuk program padat karya yang dapat diselesaikan dalam empat hingga lima bulan. , menurut Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan Astera Primanto Bhakti.

“Kami berharap tambahan penyangga DAK ini dapat membantu perekonomian daerah meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.

Pemerintah sekarang memperkirakan defisit anggaran negara mencapai 6,34 persen dari PDB tahun ini karena belanja melonjak sementara pengumpulan pendapatan turun.

Indonesia mencatat defisit anggaran yang melebar pada Mei karena pandemi virus corona melanda semua sektor ekonomi pada kuartal kedua tahun ini, Kementerian Keuangan mengumumkan Selasa.

Defisit mencapai Rp 179,6 triliun atau 1,1 persen dari PDB, hingga Mei, meningkat tajam 42,8 persen dibandingkan bulan yang sama tahun lalu.

Pendapatan negara turun 9 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp 664,2 triliun pada periode yang sama, sementara belanja menyusut 1,4 persen yoy menjadi Rp 843,9 triliun meskipun pemerintah telah meningkatkan penyaluran bantuan sosial.

Belanja sosial tercatat Rp 78,9 triliun pada Mei, naik 30,7 persen dari bulan yang sama tahun lalu.

Indonesia telah menjual obligasi pemerintah senilai Rp 369 triliun hingga Mei, meningkat besar 98,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, untuk menutupi defisit.

“Penurunan penerimaan negara ini sesuai dengan ekspektasi kami, karena pandemi virus corona memberikan tekanan berat pada dunia usaha, individu, dan pemerintah daerah,” kata Sri Mulyani Indrawati saat pengarahan.

Pemungutan pajak turun 10,8 persen yoy menjadi Rp 444,6 triliun pada Mei karena pendapatan dari hampir semua sektor ekonomi, seperti manufaktur, perdagangan, jasa keuangan, pertambangan dan transportasi, turun.

Sri Mulyani memproyeksikan ekonomi akan menyusut 3,1 persen pada kuartal kedua dan tumbuh nol persen hingga 1 persen tahun ini, menambahkan bahwa pemerintah berjanji untuk terus mengucurkan dana untuk melindungi ekonomi yang dilanda virus.

Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual meminta pemerintah untuk mempercepat pengeluaran stimulus pada kuartal kedua tahun ini, menambahkan bahwa efek ekonomi pengeluaran akan jauh lebih rendah jika pemerintah menghabiskan anggaran akhir tahun ini.

"Kami pikir ekonomi telah mencapai titik terendah pada kuartal kedua, tetapi pemerintah belum mencairkan semua pengeluaran stimulus," kata David, Senin. “Harus dipercepat pengeluarannya agar lebih efektif.”

             Diambil dari:

https://www.thejakartapost.com/news/2020/06/16/indonesia-increases-covid-19-budget-again-amid-soaring-deficit